
Timnas Indonesia Gugur Pada Pergelaran Asean Cup Tahun 2024 Dengan Menurunkan Lebih Banyak Pemain Muda Tahun 20an. Skuad Garuda tidak perlu berkecil hati meskipun gagal melaju ke babak semifinal Piala AFF 2024. Kekalahan tipis 0-1 dari Timnas Filipina dalam laga terakhir Grup B menjadi penentu tersingkirnya Timnas Indonesia. Gol semata wayang Filipina dicetak oleh Bjorn Martin Kristensen melalui penalti pada menit ke-63. Pertandingan itu berlangsung di Stadion Manahan, Kota Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu malam. Hasil akhir di klasemen Grup B menunjukkan Vietnam berada di puncak dengan 10 poin, diikuti oleh Filipina yang mengumpulkan enam poin. Sementara itu, Indonesia harus puas menempati peringkat ketiga dengan total empat poin. Meski demikian, pasukan Shin Tae-yong yang mayoritas diisi pemain muda diminta tetap percaya diri. Kekalahan ini dianggap wajar, mengingat secara pengalaman, Indonesia masih kalah dibandingkan Vietnam dan Filipina yang diperkuat banyak pemain senior.
Menurut mantan pelatih Persis Solo, Rasiman, kurangnya jam terbang internasional menjadi salah satu penyebab utama kegagalan ini. Ia menilai skuad Garuda masih terlalu hijau untuk menghadapi tim-tim yang lebih matang secara taktik, fisik, dan emosional. Ia menambahkan bahwa ketidaksiapan emosional tim terlihat dari kejadian kartu merah yang membuat situasi pertandingan semakin sulit. Selain itu, Rasiman juga menyoroti kegagalan Indonesia mengalahkan Laos pada pertandingan sebelumnya. Ia menyebut bahwa jika kemenangan atas Laos berhasil diraih, situasi melawan Filipina tidak akan menjadi penentu. Di sisi lain, Filipina diperkuat oleh pemain-pemain yang lebih matang, beberapa di antaranya berkarier di liga-liga kompetitif seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Kematangan ini menjadi salah satu faktor pembeda yang membuat permainan Indonesia terlihat kalah dewasa. Meskipun begitu, ini menjadi pelajaran penting untuk persiapan ke depan.
Timnas Indonesia Gugur Dan Gagal Melaju Ke Semifinal Piala AFF 2024
Timnas Indonesia Gugur Dan Gagal Melaju Ke Semifinal Piala AFF 2024. Dari empat pertandingan yang dilalui, skuad asuhan Shin Tae-yong hanya mampu mengumpulkan empat poin, sehingga finis di posisi ketiga Grup B. Hasil ini kembali memperpanjang penantian panjang gelar juara di ajang Piala AFF. Sejak pertama kali digelar pada 1996, pencapaian terbaik Indonesia hanyalah menjadi runner-up sebanyak enam kali, yakni pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Bagi sebagian penggemar sepak bola nasional, kegagalan ini terasa mengecewakan. Keputusan untuk mengandalkan pemain muda dianggap sebagai tindakan yang kurang menghargai turnamen ini, terutama karena Piala AFF merupakan ajang bergengsi yang belum pernah dimenangkan Indonesia. Sebelum turnamen ini dimulai, Indonesia berada di peringkat 125 dunia. Namun, setelah tersingkir di fase grup, posisi Indonesia turun menjadi peringkat 130. Meski Piala AFF tidak termasuk agenda resmi FIFA, turnamen ini tetap memberikan poin FIFA yang berpengaruh.
Selain itu, sejumlah pemain muda yang tampil kurang maksimal menjadi sasaran kritik di media sosial. Arkhan Fikri dan Muhammad Ferarri, misalnya, masih menjadi perbincangan hangat hingga kini. Arkhan dinilai sering melakukan kesalahan umpan, sedangkan Ferarri mendapatkan kartu merah saat melawan Filipina. Di sisi lain, Rafael Struick dan Marselino Ferdinan juga gagal memenuhi ekspektasi. Rafael tidak mencetak gol dalam tiga laga, sedangkan Marselino menerima kartu merah ketika Indonesia ditahan imbang oleh Laos. Kegagalan ini memunculkan tagar #styout di media sosial, yang menyerukan pemecatan Shin Tae-yong sebagai pelatih. Meskipun ia masih memiliki kontrak hingga 2027, kritik terhadapnya semakin ramai, terutama dari fanbase dan beberapa buzzer di Instagram. Hal ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap hasil yang diraih Timnas Indonesia di turnamen tersebut.
Laga Terakhir Grup B
Timnas Indonesia harus menerima kekalahan pahit di Piala AFF 2024 setelah tumbang 0-1 dari Filipina pada Laga Terakhir Grup B. Kekalahan ini membuat skuad Garuda kehilangan kesempatan melaju ke babak semifinal. Kritikan tajam pun mengarah kepada pelatih Shin Tae-yong serta pemain kunci seperti Asnawi Mangkualam, Marselino Ferdinan, dan Muhammad Ferarri. Beberapa pengamat menilai keputusan staf kepelatihan terlalu berambisi untuk memenangkan laga melawan Filipina. Faktanya, tim sebenarnya hanya perlu bermain imbang untuk lolos ke semifinal. Hal ini terlihat dari keputusan Shin Tae-yong yang tidak segera mengganti bek ketika Muhammad Ferarri menerima kartu merah di babak pertama. Mohamad Kusnaeni, seorang pakar sepak bola Indonesia, berpendapat bahwa menempatkan lebih banyak pemain bertahan dapat memperbesar peluang untuk menahan Filipina, tetapi strategi tersebut tidak diambil.
Selain itu, kekecewaan terbesar datang dari para pemain kunci. Marselino Ferdinan dan Muhammad Ferarri, yang diharapkan memimpin tim, justru menjadi sorotan karena menerima kartu merah dalam dua laga kandang. Kurangnya kematangan emosi mereka merugikan tim, terutama kartu merah Ferarri yang berdampak besar pada kekalahan melawan Filipina. Menurut Kusnaeni, para pemain senior seharusnya menjadi tulang punggung bagi pemain muda yang baru menjalani debut. Kondisi semakin sulit ketika Indonesia terus menerima tekanan dari Filipina. Serangan tim Garuda banyak bergantung pada Marselino Ferdinan yang mencoba menciptakan peluang seorang diri, namun usahanya tidak membuahkan hasil. Pada menit ke-63, kesalahan Donny Tri Pamungkas di kotak penalti berujung gol tunggal Filipina. Meskipun pelatih Shin Tae-yong memasukkan Hokky Caraka, Ronaldo Kwateh, dan Arhan Kaka untuk memperkuat serangan, perubahan tersebut tidak membawa hasil. Akibatnya, Timnas Indonesia mencatatkan pencapaian terburuk di Piala AFF dalam tiga tahun terakhir.
Terhenti Pada Fase Grup
Langkah Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 harus Terhenti Pada Fase Grup. Kekalahan tipis 0-1 dari Filipina dalam pertandingan terakhir Grup B di Stadion Manahan, Solo, pada Sabtu malam menjadi penentu hasil akhir ini. Dalam laga tersebut, Timnas Indonesia sempat tampil baik sebelum insiden kartu merah yang merubah jalannya pertandingan. Marselino Ferdinan, salah satu pemain kunci Timnas, menyampaikan refleksi atas hasil tersebut. Ia menegaskan bahwa meski tim telah berusaha keras, kesalahan yang terjadi merupakan bagian dari pembelajaran. Menurutnya, meski kecewa, ini adalah pengalaman berharga yang harus diambil hikmahnya. Marselino juga menyampaikan permintaan maaf kepada para suporter atas kegagalan tim di turnamen ini. Ia mewakili rekan-rekan satu timnya untuk berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan. Dengan semangat optimisme, ia berjanji akan bekerja lebih keras dan memperbaiki kekurangan untuk meraih hasil yang lebih baik di masa mendatang.
Timnas Indonesia mengakhiri perjalanan di fase grup dengan menduduki peringkat ketiga klasemen. Dari empat pertandingan yang dijalani, Tim Garuda hanya mampu mengumpulkan empat poin. Dengan hasil ini, dua tiket ke semifinal dari Grup B menjadi milik Vietnam sebagai juara grup dan Filipina sebagai runner-up. Kegagalan ini tentu menjadi evaluasi penting bagi Timnas Indonesia untuk meningkatkan performa di turnamen berikutnya. Meskipun hasil ini mengecewakan, para pemain diharapkan terus belajar dan memanfaatkan pengalaman ini sebagai motivasi untuk meraih prestasi yang lebih baik di masa depan. Meskipun telah berjuang keras di fase grup, kesalahan strategi dan kurangnya kedewasaan emosi pemain membuat Timnas Indonesia Gugur.