
Tarian Zapin Melayu Merupakan Kesenian Tari Tradisional Yang Berasal Dari Melayu Dan Terus Di Lestarikan Hingga Sekarang. Suku Melayu di kenal sebagai salah satu kelompok etnis yang memiliki penyebaran sangat luas. Bahkan etnis Melayu tersebar hingga menjangkau berbagai belahan dunia. Keberadaan suku ini tidak hanya terbatas di wilayah Asia Tenggara. Suku Melayu juga telah berkembang dan menetap di sejumlah wilayah lainnya. Baik karena faktor migrasi, perdagangan, maupun penyebaran budaya.
Dalam perjalanan sejarah dan perkembangan peradabannya, masyarakat Melayu tidak hanya membangun struktur sosial dan nilai-nilai kultural. Masyarakat Melayu juga menciptakan berbagai bentuk seni yang menjadi bagian integral dari identitas kolektif mereka. Salah satu jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dari komunitas ini adalah tarian khas yang di kenal dengan nama Zapin Melayu. Tarian ini bukan hanya sekadar bentuk ekspresi budaya. Kesenian tari khas Melayu ini juga menyimpan makna simbolis yang sangat kuat. Dalam praktiknya, Zapin Melayu tidak semata-mata di pertunjukkan sebagai hiburan atau tontonan semata. Zapin Melayu juga di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur, pesan moral, serta ajaran-ajaran spiritual yang mengakar dalam budaya Islam.
Beberapa sumber sejarah menunjukkan bahwa seni tari Zapin berasal dari pengaruh kebudayaan Arab yang kemudian di serap dan di sesuaikan dengan nilai-nilai lokal masyarakat Melayu. Hal ini menyebabkan gerakan-gerakan dalam tarian ini mengandung unsur religius yang halus. Yang mana tiap langkah kaki dan irama musiknya sering kali mengandung pesan-pesan dakwah yang bersifat mendidik. Oleh karena itu, tarian Zapin kerap di tampilkan dalam berbagai peristiwa penting yang berkaitan dengan adat dan budaya Melayu. Perayaan pernikahan, upacara khitanan, hingga peringatan hari besar Islam menjadi momen yang umum digunakan untuk mempersembahkan tarian ini kepada khalayak. Tidak hanya sebagai hiburan dalam seremoni-seremoni tersebut, tarian ini juga berfungsi melestarikan ajaran-ajaran keagamaan melalui pendekatan budaya.
Sejarah Tarian Zapin Melayu Di Indonesia
Sejarah Tarian Zapin Melayu Di Indonesia ternyata cukup panjang. Tarian ini di yakini berasal dari wilayah Timur Tengah, tepatnya dari negeri Yaman, sebelum akhirnya diperkenalkan ke kawasan Nusantara pada sekitar abad ke-16. Proses masuknya kesenian ini ke tanah air tidak terlepas dari peran penting para saudagar Arab yang ketika itu melakukan aktivitas perdagangan lintas wilayah. Selain menjalankan aktivitas ekonomi, para pedagang ini juga membawa serta budaya dan nilai-nilai keagamaan yang mereka anut. Termasuk dalam hal seni pertunjukan yang berfungsi sebagai alat penyebaran ajaran Islam. Dalam konteks ini, Tari Zapin awalnya di manfaatkan sebagai media untuk menyebarluaskan prinsip-prinsip keagamaan Islam di wilayah Kepulauan Riau (Kepri). Wilayah Kepri merupakan daerah yang menjadi titik awal penyebaran budaya ini di Indonesia.
Nama “Zapin” sendiri memiliki asal-usul dari kata dalam bahasa Arab, yakni zafn. Zafn mengandung makna gerakan cepat kaki yang mengikuti irama atau hentakan alat musik pengiring. Makna tersebut mencerminkan gaya tarian ini yang memang mengandalkan kecekatan dan ketepatan gerak kaki para penarinya. Tarian ini di sesuaikan dengan ritme musik yang khas. Seiring waktu, keberadaan Tari Zapin tidak hanya berhenti di wilayah Kepri. Tarian ini juga menyebar lebih luas mengikuti pertumbuhan dan ekspansi kerajaan-kerajaan Melayu yang berkembang di berbagai pelosok Indonesia. Dalam proses penyebarannya, tarian ini mengalami penyesuaian dengan budaya lokal. Oleh karenanya peenyesuaian ini menciptakan variasi yang beragam namun tetap mempertahankan unsur-unsur inti dari gaya tarian aslinya.
Kepopuleran Tari Zapin terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam masyarakat Melayu, tarian ini tidak hanya di terima secara luas. Tarian ini juga tumbuh menjadi salah satu bentuk tarian tradisional yang sangat di gemari.
Berbagai Jenis
Tari Zapin di kenal sebagai salah satu bentuk seni gerak tradisional yang tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi. Seni tari ini ternyata juga terdiri dari Berbagai Jenis. Keanekaragaman ini tampak nyata dalam berbagai jenis Tari Zapin yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Yang mana setiap jenisnya menunjukkan kekhasan tersendiri yang membedakannya dari yang lain. Ragam bentuk tarian ini tidak muncul secara kebetulan. Berbagai tarian ini juga merupakan hasil dari proses akulturasi budaya dan adaptasi lokal yang berlangsung selama bertahun-tahun. Beberapa variasi Tari Zapin yang cukup populer dan sering di tampilkan di berbagai kesempatan meliputi Zapin Melayu Riau, Zapin Melayu Jambi, Zapin Melayu Bengkulu, serta Zapin Melayu dari kawasan Sumatera Utara. Di samping itu, masih terdapat jenis lainnya seperti Zapin Melayu dari wilayah Kepulauan Riau, Kalimantan, dan bahkan dari daerah Jawa. Tarian ini turut memperkaya khazanah seni pertunjukan tradisional Nusantara.
Setiap bentuk Tari Zapin tersebut mempunyai karakteristik yang unik. Baik dari segi gerakan, iringan musik, maupun pola lantai yang di gunakan dalam pertunjukannya. Meski demikian, secara umum seluruh jenis Tari Zapin tetap mempertahankan esensi utama dari gaya tarian ini. Esensi tarian ini gerakan yang hidup, cepat, serta penuh semangat.
Perbedaan dalam gaya dan komposisi gerak di setiap daerah sebenarnya mencerminkan dinamika kebudayaan lokal serta pengaruh lingkungan sosial yang berbeda-beda. Misalnya, seperti Zapin di Riau cenderung menampilkan gerakan yang lebih anggun dan teratur. Sedangkan Zapin dari daerah Kalimantan memiliki sentuhan yang lebih bebas dan bervariasi. Sementara itu, Zapin dari wilayah Jawa memperlihatkan pola lantai dan kostum yang mendapat pengaruh kuat dari seni pertunjukan khas Jawa. Inilah memberikan nuansa yang berbeda di bandingkan dengan jenis Zapin dari Sumatera.
Ragam Jenis Penyebutan
Tari Zapin Melayu, sebagai salah satu warisan budaya yang telah tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, mengalami banyak penyesuaian, termasuk dalam hal penyebutan namanya. Seiring dengan penyebarannya yang menjangkau berbagai provinsi dan daerah dengan latar belakang budaya yang berbeda, Ragam Jenis Penyebutan tarian ini sangat berkembang. Nama tarian ini mengalami perubahan sebutan sesuai dengan dialek lokal, bahasa daerah, serta pengaruh budaya setempat.
Di kawasan pesisir timur Sumatera Utara, serta di wilayah Kepulauan Riau dan sekitarnya, masyarakat tetap mempertahankan sebutan asli dengan menyebut tarian ini sebagai “Zapin.” Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut masih sangat kental mempertahankan bentuk dan nama asli dari budaya Melayu. Sementara itu, di provinsi seperti Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, masyarakat setempat mengenalnya dengan istilah “Dana.” Berbeda lagi dengan wilayah Lampung, di mana nama tarian ini berubah menjadi “Bedana,”. Bedana merupakan penyebutan yang masih memiliki keterkaitan fonetik dengan nama aslinya, namun telah disesuaikan dengan gaya linguistik lokal. Sedangkan di daerah ibu kota Jakarta hingga ke wilayah Jawa, masyarakat mengenalnya sebagai “Japin” atau “Zafin,”. Nama ini menunjukkan adanya adaptasi fonologis namun tetap merujuk pada tarian yang sama.
Penyesuaian nama ini tidak hanya terbatas pada Pulau Sumatera dan Jawa, tetapi juga meluas ke kawasan Indonesia bagian timur dan tengah. Di Kalimantan, tarian ini umumnya di sebut “Jepin,” sementara di wilayah Sulawesi penyebutannya berubah menjadi “Jippeng.” Lain halnya dengan masyarakat Maluku yang menamainya “Jepen,” dan di daerah Nusa Tenggara, tarian ini dikenal dengan sebutan “Dana-Dani.” Perbedaan dalam penyebutan ini menunjukkan betapa fleksibelnya kebudayaan Nusantara dalam mengadopsi dan memodifikasi unsur budaya yang berasal dari luar.
Itu dia sekilas info mengenai Tarian Zapin Melayu yang sangat menarik untuk kita ketahui. Pelestarian budaya Melayu masih di lakukan dengan terus melestarikan Tarian Zapin Melayu.