Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting
Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting

Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting

Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting
Kesehatan Gigi Dan Mulut Masih Disepelekan Padahal Penting

Kesehatan Gigi Dan Mulut merupakan bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, namun masih sering dipandang sebelah mata. Banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari bahwa gangguan ringan seperti plak atau karang gigi, jika dibiarkan, bisa berkembang menjadi penyakit serius yang berdampak pada organ tubuh lainnya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, hanya 2,8% masyarakat Indonesia yang menyikat gigi secara benar, yakni dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur. Sementara itu, sekitar 57,6% penduduk mengalami masalah gigi dan mulut dalam setahun terakhir tetapi hanya 10,2% di antaranya yang mencari pengobatan ke tenaga medis.

Masih banyak orang yang menganggap sakit gigi adalah hal biasa dan dapat diobati dengan cara tradisional, seperti menempelkan bawang putih atau minyak cengkeh. Meskipun beberapa metode tradisional memiliki efek analgesik sementara, mereka tidak mengatasi akar permasalahan dan justru bisa menimbulkan komplikasi jika digunakan terus-menerus.

Contoh nyata dari kurangnya kesadaran ini terlihat pada kasus Ibu Sari, warga Subang, Jawa Barat. Ia mengabaikan rasa sakit pada gusi selama lebih dari dua tahun, hanya mengandalkan obat warung. Saat akhirnya periksa ke puskesmas, ternyata infeksi telah menyebar hingga ke tulang rahang dan harus menjalani tindakan pencabutan gigi serta antibiotik intensif.

Kesehatan Gigi Dan Mulut masih kerap terabaikan karena anggapan bahwa layanannya mahal. Padahal, BPJS Kesehatan sudah mencakup beberapa tindakan dasar seperti pencabutan, pembersihan karang gigi, dan tambalan sederhana. Namun, sosialisasi program ini belum merata, sehingga banyak warga tetap enggan berobat karena khawatir dengan biaya.

Dampak Buruk Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Kesehatan Umum

Dampak Buruk Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Kesehatan Umum gangguan pada gigi dan mulut tidak boleh dianggap remeh karena berkaitan erat dengan kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Rongga mulut adalah pintu gerbang utama masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Jika kebersihannya diabaikan, infeksi di mulut dapat menyebar melalui aliran darah dan memicu berbagai penyakit sistemik.

Berbagai studi telah menunjukkan keterkaitan antara penyakit periodontal dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Peradangan kronis yang terjadi pada gusi bisa meningkatkan kadar C-reactive protein (CRP), sebuah penanda inflamasi yang juga ditemukan pada penderita gangguan kardiovaskular. CRP tinggi akibat infeksi gusi turut mempercepat proses aterosklerosis pada pembuluh darah jantung.

Selain itu, penderita diabetes sangat rentan terhadap infeksi gusi. Sebaliknya, infeksi gusi juga bisa memperparah kondisi diabetes karena memperburuk kontrol gula darah. Infeksi gusi menyebabkan peradangan kronis yang mengganggu metabolisme glukosa, sehingga kontrol gula darah menjadi semakin sulit dilakukan. Oleh karena itu, American Diabetes Association merekomendasikan pemeriksaan gigi rutin sebagai bagian dari manajemen diabetes.

Dampak lainnya juga terlihat pada ibu hamil. Menurut jurnal Journal of Periodontology, wanita hamil yang mengalami penyakit gusi memiliki risiko dua kali lipat untuk melahirkan bayi prematur atau dengan berat badan rendah. Hal ini disebabkan oleh zat kimia dari peradangan yang bisa merangsang kontraksi dini.

Di Indonesia, belum banyak rumah sakit atau klinik yang mengintegrasikan layanan gigi dengan pemeriksaan kesehatan umum secara menyeluruh. Idealnya, dalam setiap pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk saat kontrol kehamilan atau pemantauan diabetes, evaluasi kondisi mulut dan gigi juga dilakukan.

Pentingnya Edukasi Dan Pencegahan Sejak Dini

Pentingnya Edukasi Dan Pencegahan Sejak Dini mencegah jauh lebih murah dan efektif dibanding mengobati, dan prinsip ini sangat relevan untuk kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, edukasi sejak dini menjadi sangat penting. Anak-anak yang dibiasakan menjaga kebersihan gigi cenderung membawa kebiasaan ini hingga dewasa.

Program “Usaha Kesehatan Gigi Sekolah” (UKGS) menjadi salah satu pendekatan yang sudah berjalan sejak puluhan tahun. Namun, keterbatasan sumber daya dan tenaga membuat pelaksanaan program ini tidak merata. Berdasarkan data Kemenkes 2023, hanya 1 dari 5 sekolah dasar yang secara aktif melibatkan dokter gigi dalam program UKGS tiap semester.

Salah satu contoh sukses edukasi dini datang dari SDN 03 Semarang yang bekerja sama dengan fakultas kedokteran gigi setempat. Mereka mengadakan program Dental Day setiap tiga bulan, mengundang mahasiswa kedokteran gigi untuk memberikan edukasi, pemeriksaan ringan, serta pembagian sikat dan pasta gigi gratis. Setelah satu tahun, angka keluhan gigi pada siswa turun lebih dari 40%, menurut laporan kepala sekolah.

Edukasi juga harus menyasar kelompok remaja dan dewasa muda, terutama mereka yang menjadi target produk makanan dan minuman tinggi gula. Penggunaan influencer atau tokoh publik dalam kampanye media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menjangkau segmen ini. Pendekatan ini relevan karena remaja cenderung lebih responsif terhadap pesan kesehatan yang disampaikan oleh figur yang mereka idolakan.

Selain edukasi teknis seperti cara menyikat gigi yang benar, penting juga memberikan pemahaman tentang risiko jangka panjang. Banyak orang tidak tahu bahwa karang gigi yang tidak dibersihkan dalam waktu lama dapat menyebabkan kehilangan gigi permanen dan abses bernanah.

Akses Pelayanan Kesehatan Gigi Yang Masih Terbatas

Akses Pelayanan Kesehatan Gigi Yang Masih Terbatas akses yang terbatas menjadi salah satu penyebab utama rendahnya tingkat kunjungan ke fasilitas layanan gigi, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil. Berdasarkan data dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), pada 2024 terdapat sekitar 40.000 dokter gigi aktif di seluruh Indonesia. Namun, distribusinya sangat timpang, dengan sebagian besar praktik di kota-kota besar.

Daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kalimantan masih mengalami kekurangan tenaga medis gigi secara signifikan. Di Kabupaten Asmat, Papua, misalnya, hanya ada dua dokter gigi yang melayani wilayah seluas lebih dari 23.000 km². Hal ini menyebabkan penduduk harus menunggu kedatangan dokter keliling atau menempuh perjalanan berjam-jam ke kota terdekat.

Upaya pemerintah untuk menghadirkan Mobile Dental Clinic di beberapa daerah patut diapresiasi. Namun, keterbatasan jumlah unit dan biaya operasional membuat jangkauan program ini masih sangat terbatas. Kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta diperlukan untuk memperluas cakupan layanan keliling ini.

Sebagian masyarakat juga masih memandang layanan gigi sebagai urusan sekunder. Ketika harus memilih antara memeriksakan gigi atau mengobati penyakit seperti batuk atau demam, gigi seringkali diabaikan. Hal ini juga didorong oleh kebijakan layanan kesehatan primer yang belum menjadikan perawatan gigi sebagai prioritas.

Solusi jangka panjang harus melibatkan peningkatan insentif bagi tenaga medis yang bersedia ditempatkan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Selain itu, investasi pada pembangunan klinik gigi komunitas yang berbasis Puskesmas perlu diperluas. Pemerintah juga dapat melibatkan program CSR dari perusahaan besar untuk mendanai pembangunan dan pengadaan alat-alat kesehatan gigi di wilayah terpencil.

Sebagai aspek vital dari kesejahteraan masyarakat, topik ini masih kerap diabaikan karena rendahnya kesadaran, terbatasnya akses, dan kurangnya edukasi. Melalui pendekatan preventif, edukatif, serta penyediaan layanan yang merata dan terjangkau, Indonesia dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh dalam bidang Kesehatan Gigi Dan Mulut.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait