Rendra Karno
Rendra Karno Actor Dan Sutradara Teater Yang Cukup Populer

Rendra Karno Actor Dan Sutradara Teater Yang Cukup Populer

Rendra Karno Actor Dan Sutradara Teater Yang Cukup Populer

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Rendra Karno
Rendra Karno Actor Dan Sutradara Teater Yang Cukup Populer

Rendra Karno, Lahir Dengan Nama Raden Soekarno Pada 7 Mei 1920 Di Kutoarjo, Jawa Tengah, Adalah Seorang Aktor Terkemuka Indonesia. Yang berkarier sejak era 1940-an hingga 1980-an. Berawal dari keluarga priyayi, ia mendapatkan pendidikan yang baik, menyelesaikan studi di MULO dan mempelajari pembukuan. Sebelum terjun ke dunia film, ia bekerja sebagai pembukuan di sebuah bioskop.

Karier filmnya dimulai pada tahun 1941 ketika ia bergabung dengan Union Films dan membintangi film “Soeara Berbisa”. Dalam film ini, ia berperan sebagai salah satu dari dua pria yang bersaing memperebutkan cinta seorang wanita sebelum akhirnya mengetahui bahwa mereka adalah saudara. Pada tahun yang sama, ia juga tampil dalam “Mega Mendoeng” sebagai asisten apoteker muda. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942 yang menyebabkan penutupan Union Films, Rendra Karno beralih ke teater dan bergabung dengan kelompok sandiwara amatir Maya di bawah pimpinan Usmar Ismail. Selama masa ini, ia juga tampil dalam film propaganda pendek “Di Menara” (1943).

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Rendra Karno kembali ke dunia film dengan bergabung dalam South Pacific Film Corporation (SPFC). Ia membintangi beberapa film seperti “Anggrek Bulan” (1948), “Harta Karun” (1949), dan “Tjitra” (1949). Pada awal 1950-an, ia bekerja sama dengan berbagai rumah produksi, termasuk Persari dan Perusahaan Film Negara (PFN). Debutnya sebagai sutradara terjadi pada tahun 1953 melalui film “Rentjong dan Surat”. Namun, popularitasnya mencapai puncak saat bekerja dengan studio Perfini milik Usmar Ismail, terutama melalui film “Krisis” (1953), sebuah komedi yang mengisahkan konflik antar keluarga yang tinggal serumah. Perannya dalam film ini mendapatkan apresiasi luas dari penonton.

Pada pertengahan 1950-an, Raden Soekarno mengubah namanya menjadi Rendra Karno, mengikuti anjuran Presiden Soekarno untuk meninggalkan nama-nama yang berbau asing atau feodal. Sebagai anggota Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI).

Profil Rendra Karno

Rendra Karno, lahir dengan nama Raden Soekarno pada 7 Mei 1920 di Kutoarjo, Jawa Tengah, adalah seorang aktor dan sutradara terkemuka dalam industri perfilman Indonesia. Kariernya dimulai pada tahun 1941 ketika ia membintangi film “Soeara Berbisa” yang diproduksi oleh Union Films. Sejak saat itu, ia telah berkontribusi dalam lebih dari lima puluh film sepanjang empat dekade kariernya Profil Rendra Karno.

Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Rendra Karno aktif dalam dunia teater. Bergabung dengan kelompok sandiwara amatir Maya yang dipimpin oleh Usmar Ismail. Setelah kemerdekaan Indonesia. Ia kembali ke dunia film dan bekerja sama dengan berbagai rumah produksi, termasuk South Pacific Film Corporation (SPFC) dan Perfini. Pada tahun 1953, ia membuat debutnya sebagai sutradara melalui film “Rentjong dan Surat”.

Pada pertengahan 1950-an, Raden Soekarno mengubah namanya menjadi Rendra Karno. Mengikuti anjuran Presiden Soekarno untuk meninggalkan nama-nama yang berbau asing atau feodal. Sebagai anggota Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), ia aktif dalam upaya melindungi industri film nasional dari serbuan film impor. Pada 12 Maret 1956, bersama sembilan artis lainnya, ia mengajukan sejumlah tuntutan kepada Presiden Soekarno. Termasuk peninjauan ulang terhadap undang-undang impor film. Dan peningkatan keterlibatan Indonesia dalam festival film internasional.

Hingga dekade 1960-an, Rendra Karno tetap aktif berkarya, tampil dalam film-film seperti “Tiga Dara” (1956), “Tjambuk Api” (1958). Dan “Pedjuang” (1960). Perannya dalam “Bajangan di Waktu Fadjar” (1962) memberikannya penghargaan sebagai Aktor Pendukung Terbaik di Festival Film Asia 1963 di Tokyo. Setelah vakum selama lima tahun pasca “Takkan Lari Gunung Dikedjar” (1965), ia kembali ke dunia film pada tahun 1971 dengan “Hutan Tantangan”. Selama dekade 1970-an hingga awal 1980-an, ia terus berkontribusi dalam berbagai film, termasuk “Putri Solo” (1974) dan “Para Perintis Kemerdekaan” (1977).

Awal Karier Rendra Karno

Rendra Karno, yang lahir dengan nama Raden Soekarno pada 7 Mei 1920 di Kutoarjo, Jawa Tengah, memulai kariernya di dunia film pada tahun 1941. Ia pertama kali tampil sebagai aktor dalam film Soeara Berbisa, sebuah produksi dari Union Films. Dalam film ini, ia berperan sebagai salah satu pria yang terlibat dalam konflik asmara sebelum akhirnya mengetahui bahwa mereka adalah saudara. Film ini menjadi langkah awalnya di industri perfilman Indonesia Awal Karier Rendra Karno.

Pada tahun yang sama, Rendra Karno juga membintangi film Mega Mendoeng, di mana ia berperan sebagai seorang asisten apoteker muda. Namun, karier filmnya sempat terhenti ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942. Union Films dan beberapa rumah produksi lainnya terpaksa tutup, menyebabkan banyak aktor dan sineas beralih ke dunia teater dan sandiwara.

Selama pendudukan Jepang, Rendra Karno tetap aktif di dunia seni dengan bergabung dalam kelompok sandiwara amatir Maya, yang dipimpin oleh Usmar Ismail. Pada masa ini, ia juga tampil dalam film propaganda pendek berjudul Di Menara (1943). Setelah Indonesia merdeka, ia kembali ke dunia film dengan bergabung dalam South Pacific Film Corporation (SPFC), sebuah rumah produksi yang didirikan pada akhir 1940-an.

Rendra Karno semakin dikenal setelah membintangi film-film seperti Anggrek Bulan (1948), Harta Karun (1949), dan Tjitra (1949). Pada tahun 1953, ia membuat debutnya sebagai sutradara dengan film Rentjong dan Surat. Popularitasnya mencapai puncak ketika bekerja dengan Perfini, terutama melalui film Krisis (1953), yang sukses besar dan menegaskan statusnya sebagai aktor ternama di Indonesia.

Dengan perjalanan karier yang panjang, Rendra Karno tetap aktif berkarya hingga awal 1980-an. Ia dikenal sebagai aktor yang memiliki dedikasi tinggi terhadap perfilman Indonesia dan turut berperan dalam berbagai gerakan untuk memajukan industri film nasional.

Karier Rendra Karno

Rendra Karno, yang lahir dengan nama Raden Soekarno pada 7 Mei 1920 di Kutoarjo, Jawa Tengah, memulai kariernya di dunia perfilman pada tahun 1941. Ia pertama kali terjun ke dunia film melalui Soeara Berbisa, sebuah produksi Union Films. Film ini menjadi langkah awalnya dalam industri perfilman Indonesia, diikuti dengan perannya dalam Mega Mendoeng pada tahun yang sama Karier Rendra Karno.

Namun, karier filmnya sempat terhenti akibat pendudukan Jepang pada tahun 1942, yang menyebabkan banyak studio film tutup. Selama masa ini, Rendra Karno beralih ke dunia teater dan bergabung dengan kelompok sandiwara amatir Maya. Yang dipimpin oleh Usmar Ismail. Ia juga tampil dalam film propaganda pendek Di Menara (1943). Setelah kemerdekaan Indonesia, ia kembali ke dunia film. Dan bergabung dengan South Pacific Film Corporation (SPFC), di mana ia membintangi film-film seperti Anggrek Bulan (1948), Harta Karun (1949), dan Tjitra (1949).

Pada awal 1950-an, Aktor ini mulai bekerja sama dengan berbagai rumah produksi besar, termasuk Perfini, yang didirikan oleh Usmar Ismail. Ia semakin dikenal luas melalui film Krisis (1953), yang sukses besar dan menjadi salah satu film klasik Indonesia. Selain menjadi aktor, ia juga mulai menjajal dunia penyutradaraan dengan debutnya dalam film Rentjong dan Surat (1953).

Pada pertengahan 1950-an, Aktor ini mengganti namanya dari Raden Soekarno. Mengikuti anjuran Presiden Soekarno agar seniman mengadopsi nama yang lebih nasionalis. Ia juga aktif dalam organisasi perfilman. Dan menjadi bagian dari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), di mana ia turut memperjuangkan perlindungan industri film nasional dari serbuan film impor.

Karier Rendra Karno terus berlanjut hingga dekade 1970-an dan awal 1980-an. Beberapa film terkenalnya di era ini antara lain Tiga Dara (1956), Pedjuang (1960) Rendra Karno.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait